Benarkah Tidurnya Orang Puasa adalah Ibadah?
Apakah benar tidur orang yang berpuasa itu berpahala? Apakah benar seperti itu?
Derajat Hadits Sebenarnya,
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
“Tidurnya
orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya
adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.”
Perowi
hadits ini adalah ‘Abdullah bin Aufi. Hadits ini dibawakan oleh Al
Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/1437. Dalam hadits ini terdapat Ma’ruf bin
Hasan dan dia adalah perowi yang dho’if (lemah). Juga dalam hadits ini terdapat Sulaiman bin ‘Amr yang lebih dho’if dari Ma’ruf bin Hasan.
Dalam
riwayat lain, perowinya adalah ‘Abdullah bin ‘Amr. Haditsnya dibawakan
oleh Al ‘Iroqi dalam Takhrijul Ihya’ (1/310) dengan sanad hadits yang
dho’if (lemah).
Kesimpulan: Hadits ini adalah hadits yang
dho’if. Syaikh Al Albani dalam Silsilah Adh Dho’ifah no. 4696 mengatakan
bahwa hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah).
Tidur yang Bernilai Ibadah yang Sebenarnya
أَنَّ الْمُبَاح إِذَا قَصَدَ بِهِ وَجْه اللَّه تَعَالَى صَارَ طَاعَة ، وَيُثَاب عَلَيْهِ
“Sesungguhnya perbuatan mubah, jika dimaksudkan
dengannya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala, maka dia
akan berubah menjadi suatu ketaatan dan akan mendapatkan balasan (ganjaran).”
Jadi tidur yang bernilai ibadah jika tidurnya adalah demikian.
Ibnu
Rajab pun menerangkan hal yang sama, “Jika makan dan minum diniatkan
untuk menguatkan badan agar kuat ketika melaksanakan shalat dan
berpuasa, maka seperti inilah yang akan bernilai pahala. Sebagaimana
pula apabila seseorang berniat dengan tidurnya di malam dan siang
harinya agar kuat dalam beramal, maka tidur seperti ini bernilai
ibadah.” (Latho-if Al Ma’arif, 279-280)
Intinya, semuanya adalah tergantung niat. Jika
niat tidurnya hanya malas-malasan sehingga tidurnya bisa seharian dari
pagi hingga sore, maka tidur seperti ini adalah tidur yang sia-sia.
Namun jika tidurnya adalah tidur dengan niat agar kuat dalam melakukan
shalat malam dan kuat melakukan amalan lainnya, tidur seperti inilah
yang bernilai ibadah.
Jadi ingatlah “innamal a’malu bin niyaat”, setiap amalan tergantung dari niatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar